Jakarta – Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengimbau seluruh jajaran Polri untuk memperkuat sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026. Langkah ini dianggap penting guna memastikan aktivitas masyarakat berlangsung aman dan nyaman selama libur panjang.
“Yang pertama adalah kolaborasi, sinergitas dengan stakeholder yang ada, karena sebentar lagi kita akan masuk kepada musim gelar Nataru,” kata Jenderal Sigit usai melakukan pengecekan di Satbrimobda Polda DIY, Yogyakarta, Jumat (21/11/2025).
Selain fokus pada pengamanan arus mudik dan mobilitas masyarakat, Kapolri menekankan kesiapan personel menghadapi potensi cuaca ekstrem yang diperkirakan terjadi pada akhir tahun. Ia menegaskan agar koordinasi tidak hanya antar instansi tetapi juga melibatkan masyarakat.
“Kita juga menghadapi musim hujan yang cukup deras dan tentunya ini perlu kerja sama, perlu kolaborasi kuat, sehingga pada saat nanti masyarakat melaksanakan mudik di Nataru, liburan saat Nataru, maka seluruh wilayah yang memiliki potensi bencana, tim SAR kita sudah siap,” ujarnya.
Sebelumnya, Jenderal Sigit mengecek sarana dan prasarana kesiapsiagaan tanggap bencana di Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurutnya, pengecekan ini merupakan bagian dari sistem peringatan dini untuk memastikan seluruh perlengkapan penanggulangan bencana Polri dalam kondisi siap pakai.
“Kegiatan pengecekan sarpras sebagai bagian dari early warning untuk memastikan seluruh perlengkapan penanggulangan bencana Polri siap digunakan menghadapi potensi bencana,” jelasnya.
Kapolri menegaskan bahwa kesiapsiagaan ini merupakan bentuk kehadiran negara dalam melindungi masyarakat, terutama menghadapi potensi bencana hidrometeorologi. Ia juga memberikan apresiasi kepada seluruh personel yang selama ini menjadi garda depan dalam operasi kemanusiaan dan penanggulangan bencana.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim hujan 2025 akan berlangsung pada November hingga Desember, dengan potensi cuaca ekstrem terutama di wilayah Indonesia bagian barat. Kondisi ini dapat memicu banjir, longsor, dan angin kencang sehingga kesiapan lintas sektor menjadi kunci utama.
Selain itu, beberapa Pusat Iklim Dunia memperkirakan fenomena La Nina lemah akan bertahan hingga awal 2026, yang berpotensi meningkatkan intensitas curah hujan di berbagai wilayah.











