BhayangkaraKita – Polri menyelenggarakan Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group Discussion atau FGD) bertema “Terorisme adalah Musuh Kita Bersama” di Pondok Pesantren Al Musthofa, Kendal, Jawa Tengah, pada Rabu (24/7/2024). Acara ini juga menjadi ajang silaturahmi dan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman serta kesadaran masyarakat mengenai bahaya radikalisme dan terorisme melalui kegiatan kontra radikal.
Kegiatan ini dipimpin oleh Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Trunoyudo Wisnu Andiko, S.I.K., dengan narasumber utama Ustad Muhammad Nasir Abbas, mantan narapidana terorisme (napiter) yang kini aktif menyebarkan pesan damai.
Brigjen Pol Trunoyudo menekankan pentingnya upaya kontra radikal untuk mencegah penyebaran paham radikalisme.
“Kontra radikal adalah upaya membangun ketahanan pribadi guna mencegah paham radikalisme yang sering dihembuskan oleh kelompok tertentu melalui berbagai elemen dengan tujuan mengubah pemahaman seseorang menjadi radikal. Upaya ini perlu dilakukan oleh seluruh elemen, termasuk Forkopimda, tokoh agama, masyarakat, adat, dan pemuda,” ujarnya dalam sambutannya.
Baca Juga : 107 Calon Anggota Kompolnas Periode 2024-2028 Lolos Verifikasi Administrasi
Sementara itu, Muhammad Nasir Abbas dalam pemaparannya menegaskan bahwa terorisme adalah ancaman nyata meskipun pergerakannya tidak selalu terlihat.
“Terorisme itu benar ada walaupun gerakannya tidak kelihatan. Saya ini mantan Napiter, dulu saya musuh negara, dulu saya disiapkan untuk menghadapi pemerintah Indonesia. Dulu saya direkrut untuk jadi teroris di Indonesia,” ungkapnya.
Ia juga menjelaskan tahapan paparan paham yang dimulai dari kegagalan menyikapi perbedaan hingga berpotensi menjadi radikalisme dan pada akhirnya melahirkan aksi terorisme.
“Siapapun dapat berpotensi direkrut oleh jaringan terorisme untuk berbagai kepentingan seperti tenaga, pendanaan, maupun informasi,” katanya.
Nasir Abbas, yang kini mendedikasikan dirinya untuk merehabilitasi mantan napiter dan mendorong perdamaian, berbagi wawasan tentang akar penyebab radikalisme.
Baca Juga : Dimuseum Akpol untuk Mengenang Pengorbanan Ipda Adi Sanata Putra dalam Tsunami Aceh
“Kita perlu memahami bahwa terorisme tumbuh subur karena ketidakpedulian serta pemahaman yang salah,” katanya.
Ia berpesan kepada seluruh masyarakat untuk waspada terhadap paham-paham radikal dan menjaga keluarga serta negara agar paham tersebut tidak berkembang, sehingga Indonesia tetap utuh dan damai.
“Kita harus waspada terhadap orang-orang yang tidak mau menerima perbedaan pendapat, orang yang suka mencela, mudah menyalahkan, dan mudah mengkafirkan sesama muslim. Mari kita mewaspadai paham-paham radikal di masyarakat,” pesannya.
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya radikalisme dan terorisme serta memperkuat kerja sama antara aparat keamanan dan masyarakat dalam menjaga keutuhan dan kedamaian Indonesia.
FGD berjalan dengan hangat dan dihadiri oleh berbagai kalangan seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, pemimpin pesantren, santri, dan mahasiswa untuk mengatasi meningkatnya ancaman terorisme di era digital.
Baca Juga : Daftar Pemenang Internasional Open Indoor Skydiving Kapolri Cup 2024