Jakarta – Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Margaret Aliyatul Maimunah, memberikan apresiasi atas respon cepat berbagai pihak dalam menangani korban ledakan yang terjadi di SMAN 72 Jakarta Utara. Menurutnya, penanganan medis dan psikologis telah berjalan efektif berkat kolaborasi erat antara layanan kesehatan, HIMPSI, psikolog Polri, serta unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) yang mendampingi 96 anak korban ledakan.
“Kita patut mengapresiasi tenaga kesehatan dan tim psikolog yang langsung turun membantu anak-anak korban,” ujar Margaret di Jakarta, Selasa (11/11/2025).
Sejak hari pertama kejadian pada Jumat (7/11/2025), KPAI secara langsung melakukan pemantauan di sekolah dan rumah sakit guna memastikan seluruh korban, baik yang mengalami luka fisik maupun trauma psikologis, menerima penanganan yang layak.
KPAI juga menjalin koordinasi dengan pihak sekolah dan kepolisian untuk memastikan proses belajar tetap berjalan serta memberikan dukungan psikologis yang berkelanjutan bagi para korban.
Terkait pelaku yang masih di bawah umur, Margaret menegaskan bahwa penanganan hukum harus mengikuti ketentuan dalam UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dan UU Perlindungan Anak, dengan mengedepankan prinsip diversi dan keadilan restoratif.
Lebih lanjut, ia menyoroti pentingnya penguatan sistem perlindungan dan keamanan di lingkungan sekolah. “Satuan pendidikan harus menjadi ruang aman dari segala bentuk kekerasan. Kami terus mendorong implementasi Sekolah Ramah Anak dan peran aktif tim pencegahan kekerasan agar kasus serupa tidak terulang,” ungkapnya.
Margaret juga mengingatkan dukungan keluarga dan pengawasan terhadap aktivitas anak, termasuk di dunia digital. Ia menilai pentingnya perhatian terhadap maraknya konten negatif di media sosial.
“Kita harus melindungi anak-anak dari paparan kekerasan dan konten berbahaya di dunia maya. Ini tanggung jawab semua pihak,” tegasnya.










