BhayangkaraKita – Inspektur Dua Adi Sanata Putra, lulusan Akademi Kepolisian tahun 2004, dikenang sebagai pahlawan yang rela berkorban dalam pengabdiannya kepada masyarakat. Adi Sanata gugur saat berusaha menyelamatkan banyak warga ketika Tsunami melanda Aceh pada 26 Desember 2004.
Kisah heroik Adi Sanata diabadikan di Museum Akpol, lengkap dengan kronologi peristiwa kepahlawanannya. Seragam terakhir yang dikenakannya juga dipajang sebagai bentuk penghormatan.
Menurut catatan di Museum Akpol, Ipda Adi Sanata sebenarnya sudah mendapatkan penempatan di Polda Lampung. Namun, ia mengambil cuti dan pulang ke kampung halamannya di Kecamatan Kuta Alam, Aceh pada 16 Desember 2004, dan dijadwalkan mulai bertugas pada 4 Januari 2005.
Baca Juga : Polri Dapatkan Penghargaan Pada Peringatan Hari HAM Sedunia ke 74
Pada 26 Desember 2004, gempa dahsyat mengguncang Aceh. Saat itu, Ipda Adi Sanata langsung melaksanakan tugas kemanusiaannya sebagai perwira lulusan Akpol.
“Ipda Adi Sanata, tanpa memikirkan keselamatannya sendiri, memberikan pertolongan dari ancaman reruntuhan bangunan akibat gempa dahsyat. Dia mengambil kendali dan memimpin warga untuk menghindari cedera fatal,” demikian tertulis dalam catatan Museum Akpol.
Adi Sanata mengumpulkan masyarakat di lapangan sekitar dan menjemput warga yang masih berada di dalam rumah. Anggota Batalyon Tatag Trawang Tungga ini juga berkeliling mengecek lingkungan sekitar. Ia sempat kembali ke rumah untuk mengenakan seragam selam dan helm arung jeram saat memeriksa keadaan di pinggir laut.
Baca Juga : Peluncuran Buku ‘Hoegeng: Moral, Etika, dan Jalan Hidup’ oleh Serdik Sespimti Dikreg ke-33
“Di tepi pantai, Ipda Adi Sanata melihat gelombang air laut besar yang menuju ke pesisir,” lanjut catatan Museum Akpol.
Dia segera bergegas ke lapangan tempat warga berkumpul dan meminta mereka mencari tempat yang lebih tinggi. Saat air mulai datang, Adi sempat menggendong seorang anak untuk dibawa ke tempat aman.
“Saat terjadi gelombang Tsunami, Ipda Adi Sanata dihantam oleh gelombang tetapi masih sempat membantu menaikkan anak-anak ke atas perahu dan mengulurkan tali kepada warga yang hanyut. Dia menempatkan batangan kayu besar yang hanyut untuk dijadikan pelampung bagi warga di tengah gelombang air,” jelas catatan Museum Akpol.
Baca Juga : Gelaran Kemala Run 2024: Acara Lari Bergengsi dengan Partisipasi Internasional
Di tengah arus deras Tsunami, sosok Ipda Adi Sanata perlahan hilang, hanyut terbawa gelombang. Pada 2 Januari 2005, Ipda Adi Sanata ditemukan dalam kondisi meninggal dunia dengan luka robek di kepala sebelah kanan, tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Jenazahnya baru dapat dievakuasi pada 3 Januari 2005 karena sulitnya medan, kemudian dimakamkan di tanah kelahirannya di Sabang, Provinsi Aceh.
Ipda Adi Sanata Putra lahir di Sabang pada 15 Agustus 1983. Ia adalah anak pertama dari empat bersaudara, putra dari pasangan A. Jenata dan Aisyah.
Baca Juga : Polri Bantu Firdaus, Anak Viral Pengguna Sandal Jepit di Hari Pertama Sekolah
Dapatkan informasi terupdate berita dari Korps Bhayangkara. Untuk kerjasama lainya bisa kontak email atau sosial media lainya.