Jakarta – Aksi bom bunuh diri Gereja Katedral Makasar (28/3) menjadi Minggu kelabu dan menambah rentetan panjang pelaku aksi bom bunuh diri. Selang sehari, Markas Besar Polri menjadi sasaran aksi nekad lone wolf yang dipaksa dilumpuhkan oleh aparat kepolisian.
Ancaman dari ideologi radikalisme dan terorisme benar-benar nyata. Terorisme berasal dari sikap radikal yang menganggap selain kelompoknya adalah salah. Mereka sudah dicuci otaknya sedemikian rupa di pengajian atau forum hingga berani melakukan aksi di luar nalar. Menebar ketakutan dan teror kepada semua orang. Radikalisme dan terorisme merupakan ancaman yang benar-benar nyata bagi kemajemukan bangsa Indonesia.
Setiap agama akan selalu mengajarkan cinta dan kasih sayang. Baginya orang yang beragama tentu mengedepankan cinta sehingga akan menyayangi ke sesama. Namun demikian, dia menyayangkan pelaku bom bunuh diri Katedral Makasar menggunakan atribut muslim sehingga merusak citra Islam. Menjaga citra Islam adalah bagian dari maqashid syariah. Islam adalah agama rahmat tak hanya bagi manusia, melainkan bagi seluruh alam semesta. Namun para teroris memutarbalikannya.
Kita tidak perlu denial. Kita harus mengkui bahwa pelaku mengaku muslim namun mereka sama sekali tidak mewakili Islam maupun umat muslim. Mereka adalah korban dari paparan ideologi kematian yang sangat berbahaya bagi kehidupan dan kemanusiaan.
JAMMI mengajak kepada segenap dai maupun mubalig di seluruh Indonesia untuk menyampaikan pesan damai dan penuh kasih sayang. Terlebih pada kondisi pendemi yang belum surut, mestinya ajakan berbuat baik kepada sesama menjadi sajian utama ceramah.
Begitu juga pada bulan Ramadhan, JAMMI menghimbau agar ceramah-ceramah di media televisi mengusung tema Ramadhan yang membahagiakan dengan cinta dan kasih sayang. Bukan ceramah yang marah-marah dan penuh provokasi.
Perkumpulan mubalig muda, Jaringan Mubaligh Muda Indonesia (JAMMI) sangat mengapresiasi tokoh lintas agama Papua yang mengambil langkah sigap merangkul semua elemen Papua untuk menjaga kerukunan umat beragama di Papua.
Sebelumnya, tokoh lintas agama Papua mengutuk keras atas aksi bom bunuh diri yang terjadi di Makasar. Pernyataan sikap ini diprakarsai oleh tokoh Ketua MUI tokoh Gereja Katolik Papua, drg. Aloisius Giyai yakni didampingi Ketua MUI Provinsi Papua KH Syaiful Islam Alpayage, Ketua DMI Provinsi Papua Dr H Mansur, Ketua LDII Provinsi Papua H Syaifullah, Ketua BKPRMI Provinsi Papua Lukman Nurdiansyah, Ketua Dewan Penasehat Kota Jayapura Drs Rusdianto dan Irji Matdoan.
Peran tokoh lintas agama tersebut diperlukan guna mengeratkan persaudaraan dan menjaga keutuhan bangsa. Sikap tokoh lintas Papua tersebut bisa menjadi contoh bagi umat beragama di seluruh daerah di Indonesia agar mengikuti langkah yang sama. Tujuannya adalah mengecam keras aksi teror dan ekstrem dan mempersempit ruang gerak para teroris di Indonesia.
Agama mengajarkan cinta dan kasih sayang. Sebab itu, kekerasan bukanlah berasal dari ajaran agama. Seumpama pelaku itu mengaku seorang muslim dan menganggap apa yang dia lakukan adalah sebuah bentuk jihad, maka dia salah berguru di pengajian.
Kita tidak perlu denial. Kita harus mengkui bahwa pelaku mengaku muslim namun mereka sama sekali tidak mewakili Islam maupun umat muslim. Mereka adalah korban dari paparan ideologi kematian yang sangat berbahaya bagi kehidupan dan kemanusiaan.
JAMMI mengajak kepada segenap dai maupun mubalig di seluruh Indonesia untuk menyampaikan pesan damai dan penuh kasih sayang. Terlebih pada kondisi pendemi yang belum surut, mestinya ajakan berbuat baik kepada sesama menjadi sajian utama ceramah.
Begitu juga pada bulan Ramadhan, JAMMI menghimbau agar ceramah-ceramah di media televisi mengusung tema Ramadhan yang membahagiakan dengan cinta dan kasih sayang. Bukan ceramah yang marah-marah dan penuh provokasi.
Perkumpulan mubalig muda, Jaringan Mubaligh Muda Indonesia (JAMMI) sangat mengapresiasi tokoh lintas agama Papua yang mengambil langkah sigap merangkul semua elemen Papua untuk menjaga kerukunan umat beragama di Papua.
Sebelumnya, tokoh lintas agama Papua mengutuk keras atas aksi bom bunuh diri yang terjadi di Makasar. Pernyataan sikap ini diprakarsai oleh tokoh Ketua MUI tokoh Gereja Katolik Papua, drg. Aloisius Giyai yakni didampingi Ketua MUI Provinsi Papua KH Syaiful Islam Alpayage, Ketua DMI Provinsi Papua Dr H Mansur, Ketua LDII Provinsi Papua H Syaifullah, Ketua BKPRMI Provinsi Papua Lukman Nurdiansyah, Ketua Dewan Penasehat Kota Jayapura Drs Rusdianto dan Irji Matdoan.
Peran tokoh lintas agama tersebut diperlukan guna mengeratkan persaudaraan dan menjaga keutuhan bangsa. Sikap tokoh lintas Papua tersebut bisa menjadi contoh bagi umat beragama di seluruh daerah di Indonesia agar mengikuti langkah yang sama. Tujuannya adalah mengecam keras aksi teror dan ekstrem dan mempersempit ruang gerak para teroris di Indonesia.
Agama mengajarkan cinta dan kasih sayang. Sebab itu, kekerasan bukanlah berasal dari ajaran agama. Seumpama pelaku itu mengaku seorang muslim dan menganggap apa yang dia lakukan adalah sebuah bentuk jihad, maka dia salah berguru di pengajian.