Sukabumi, 6 November 2025 – Sebanyak 1.156 perwira Polri resmi dilantik sebagai lulusan Sekolah Inspektur Polisi (SIP) Angkatan ke-54 Gelombang II Tahun Anggaran 2025. Upacara pelantikan berlangsung di Setukpa Lemdiklat Polri Sukabumi dan dipimpin langsung oleh Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Wakapolri), Komjen Pol Prof. Dr. Dedi Prasetyo, S.H., M.Hum., M.Si., M.M. Dari total peserta, terdapat 1.099 polisi laki-laki dan 57 polisi wanita.
Dalam arahannya, Wakapolri menegaskan bahwa pelantikan ini bukan sekadar soal peningkatan pangkat, melainkan menjadi titik awal perubahan nyata di lapangan. “Hari ini bukan hanya pelantikan pangkat, tetapi titik awal perubahan. Masyarakat menunggu aksi, bukan janji. Tunjukkan di lapangan bahwa kehadiran kalian membawa perbaikan nyata bagi wajah Polri,” ujarnya.
Selama pendidikan selama empat bulan di SIP, para peserta memperoleh pengetahuan tentang kepemimpinan dan keterampilan teknis kepolisian. Meski demikian, ujian sesungguhnya menurut Wakapolri baru dimulai setelah mereka kembali ke satuan tugas masing-masing. Para perwira Polri diharapkan tidak lagi hanya menjadi pelaksana perintah, melainkan menjadi pengendali di lapangan yang membimbing anggota, menjaga standar pelayanan, serta memastikan kebijakan pimpinan dijalankan secara optimal.
“Sekarang kalian bukan lagi pelaksana, tetapi pengendali di lapangan. Bimbing anggota, jaga standar pelayanan, dan pastikan setiap kebijakan diterjemahkan menjadi tindakan. Jangan biarkan teori berhenti di ruang kelas,” pesan Komjen Pol Dedi.
Wakapolri juga menegaskan bahwa keberhasilan perwira diukur dari dampak perubahan yang dirasakan masyarakat di lingkungan tugas, bukan dari banyaknya laporan atau penghargaan. Polri saat ini tengah menghadapi tantangan besar dalam memulihkan kepercayaan publik pasca berbagai dinamika dan penurunan citra dalam beberapa bulan terakhir.
Sebagai respons, Polri telah meluncurkan program Quick Wins Akselerasi Transformasi dan menerbitkan buku panduan Do’s and Don’ts untuk mengatur perilaku anggota. Namun, Komjen Dedi mengingatkan agar program tersebut tidak berhenti sebagai slogan semata, melainkan diwujudkan lewat pelayanan di lapangan. “Quick Wins bukan di atas kertas. Ukurannya sederhana: masyarakat merasa aman, dilayani dengan hormat, dan percaya bahwa polisi bekerja untuk mereka,” katanya.
Lebih jauh, Wakapolri menekankan pentingnya penguatan pelayanan publik melalui optimalisasi Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) dan fungsi PAMAPTA (Patroli dan Pengamanan Tempat). Kedua unit ini menjadi garda terdepan citra Polri di mata masyarakat, dan sebagian besar lulusan SIP akan ditempatkan di fungsi tersebut untuk menunjukkan perubahan nyata dalam pola pelayanan.
“Mulai dari SPKT dan PAMAPTA, ubah cara kerja, ubah cara melayani. Datangi masyarakat lebih dulu, tanggapi cepat laporan, dan pastikan setiap warga merasakan kehadiran Polri yang manusiawi dan tanggap,” tegasnya. Langkah ini merupakan bagian penting dalam menampilkan wajah baru pelayanan Polri yang humanis, profesional, dan responsif terhadap keluhan publik.
Selain meningkatkan pelayanan, Polri juga memperkuat kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana dan kejahatan nasional. Dalam sebulan terakhir tercatat 228 kejadian bencana di berbagai daerah dengan total kerugian mencapai Rp129 miliar. Wakapolri menegaskan bahwa Polri harus selalu hadir di garis depan untuk membantu masyarakat dan menjaga keamanan.
Komjen Dedi juga menyoroti tiga prioritas nasional yang harus menjadi fokus seluruh jajaran Polri, yaitu pemberantasan narkoba, penindakan penyelundupan, dan perang terhadap judi online. “Tiga hal ini tidak bisa ditunda. Tindakan tegas dan akuntabel harus segera dilakukan di lapangan. Jangan tunggu perintah — inisiatif adalah bentuk pengabdian,” ujarnya.
Dalam menghadapi era digital, Wakapolri mengingatkan agar seluruh perwira bijak dalam penggunaan media sosial. Dalam situasi post-truth, satu unggahan dapat membangun atau merusak reputasi Polri. Oleh karena itu, ia mengimbau anggota untuk menjaga nama baik pribadi dan institusi serta menggunakan media sosial untuk menebarkan kepercayaan publik.
“Reputasi Polri tidak hanya dibangun di kantor, tetapi juga di ruang digital. Gunakan media sosial untuk menebar kepercayaan, bukan kontroversi,” pesan Wakapolri menutup arahannya.
Pelantikan ini menandai awal pengabdian baru bagi para perwira Polri yang diharapkan berintegritas, empatik, dan profesional. Wakapolri menegaskan bahwa masyarakat tidak memerlukan polisi yang sempurna, tetapi polisi yang hadir, peduli, dan dapat diandalkan. “Jangan tunggu momentum. Ciptakan momentum dari lapangan. Kepercayaan publik hanya bisa diraih dengan tindakan yang konsisten, sopan, dan sigap. Tunjukkan bahwa kalian adalah perwira Polri yang hadir membawa solusi, bukan sekadar seragam baru,” pungkas Komjen Pol Dedi.
Dengan semangat tersebut, kehadiran 1.158 perwira baru lulusan SIP Angkatan ke-54 Gelombang II dipandang sebagai motor penggerak perubahan nyata dalam institusi Polri. Mereka diharapkan dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat melalui pelayanan cepat, humanis, dan berintegritas serta menjadi wajah baru Polri yang siap hadir dan bekerja langsung untuk masyarakat.










