BANDUNG – Gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Rabu pagi (18/9/2024) menyisakan duka dan kebutuhan mendesak akan layanan kesehatan bagi para korban. Menanggapi situasi tersebut, Bid Dokkes Polda Jabar dengan tangkas menyiapkan dan menurunkan tim respons cepat, untuk memberikan bakti kesehatan kepada anggota Polri yang bertugas serta korban gempa di lokasi kejadian. Pendirian tenda-tenda pengungsian di Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari, telah menjadi pusat koordinasi dan pelayanan medis darurat.
Dalam sebuah pernyataan pers, Kombes Pol Jules Abraham Abast, Kabid Humas Polda Jabar, mengungkapkan dinamika pengorganisasian layanan kesehatan pasca bencana. “Pasca kejadian gempa kemarin, Bid Dokkes Polda Jabar memberikan penanganan dan pelayanan kesehatan pada korban gempa di tenda-tenda pengungsian Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung,” katanya. Upaya Bid Dokkes Polda Jabar tak berhenti pada pelayanan darurat semata, namun juga mencakup koordinasi lintas sektor yang vital dalam situasi krisis semacam ini.
Bekerja sama dengan berbagai instansi seperti Si Dokkes Polresta Bandung, RS Bedah Kertasari, dan Puskesmas Kertasari, mereka menunjukkan contoh integrasi layanan kesehatan yang efektif. “Dalam rangka penanganan pasca gempa, dilakukan pula koordinasi lintas sektoral antara Biddokkes Polda Jabar, Si Dokkes Polresta Bandung, RS Bedah Kertasari dan Puskesmas Kertasari beserta Jajaran,” terang Jules Abraham Abast pada kesempatan yang berbeda.
Kondisi kesehatan di lapangan cukup mengkhawatirkan, dimana telah tercatat kasus luka ringan mencapai 57 orang, luka sedang 26 orang, dan luka berat pada 2 orang. Kejadian ini menimbulkan dampak signifikan terutama pada kelompok lansia dan anak-anak, yang dominan dengan kasus flu, batuk, sakit kepala, dan alergi. “Pelayanan kesehatan didominasi pasien lansia dan anak-anak. kasus yang banyak ditemukan adalah flu, batuk, sakit kepala dan alergi.” ungkap Kombes Nariyana, Kabid Dokkes Polda Jabar.
Respons cepat tim medis Bid Dokkes Polda Jabar juga mencakup penanganan luka, pemeriksaan fisik, penyediaan obat-obatan esensial, hingga pendampingan psikologis untuk korban yang mengalami trauma. Kombes Pol. dr. Nariyana M. Kes memastikan bahwa tim medis mereka berusaha keras memberikan keamanan dan kenyamanan maksimal bagi para pengungsi, termasuk layanan konseling untuk mereka yang terdampak psikologis.
Kesigapan dan kemampuan Bid Dokkes Polda Jabar dalam respons terhadap bencana alam ini tidak hanya fokus pada penyelamatan dan perawatan medis, tetapi juga pada upaya sosialisasi pencegahan penyakit. Program ini merupakan bagian dari tanggung jawab sosial mereka dalam mendukung pemulihan kondisi kesehatan masyarakat yang terdampak.
Terlepas dari usaha mitigasi dan pemulihan yang tengah dijalankan, pemantauan kondisi geologis juga tetap dilakukan secara intensif, di mana BMKG terus memberikan informasi terkini seismograf dan analisis parameter gempa. “Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M4, 9,” sebagaimana disampaikan pejabat BMKG.
Untuk merespons situasi kedaruratan ini, Bid Dokkes Polda Jabar berkomitmen untuk terus memantau dan mengevaluasi kesehatan korban gempa, serta berupaya keras menyambangi wilayah terdampak secara maksimal, sebagai representasi tugas dan panggilan mereka dalam memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat.