Program Kampung Tangguh Program ini awalnya diinisiasi oleh Universitas Brawijaya (UB) Malang dan bekerja sama dengan organ TNI, Polri dan elemen masyarakat. Adalah menggembirakan bahwa kampung atau desa Tangguh banyak bermunculan di tengah pandemi saat ini. Diharapkan mereka memiliki keberlanjutan dan manfaatnya akan makin dirasakan oleh masyarakat. Dengan makin hadirnya Kampung/Desa Tangguh diharapkan kemandirian apabila terjadi bencana/wabah bisa menjadi tradisi yang menguat di Indonesia. Meski tidak semua kampung bisa mandiri karena sangat bergantung kepada sumber daya yang tersedia, termasuk tingkat pendidikan warga yang menghuni di dalamnya
Jakarta,28 Juli 2021. Kini telah hadir di tengah-tengah masyarakat Indonesia apa yang dikenal sebagai Kampung Tangguh. Meskipun telah berjalan cukup lama, keberadaannya belum banyak diketahui orang. Peluncuran kampung tangguh di berbagai wilayah di Indonesia akhir-akhir ini oleh Pemerintah ternyata merupakan upaya Pemerintah pusat menangkal transmisi Covid-19 dengan pendekatan lokal. Meski sudah banyak Kampung Tangguh yang berdiri, belum semua masyarakat paham mengenai kampung tersebut, terutama hubungannya dengan penanggulangan Covid-19. Ada yang menyebut kalau Kampung Tangguh didirikan karena di lokasi itu penderita COVID-19 sudah demikian banyak sehingga perlu dikarantina. Pendapat seperti ini tidak benar dan mestinya perlu diluruskan.
Pedoman pendirian Kampung/Desa Tangguh sebenarnya sudah ada sejak terbitnya Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 1 Tahun 2012. Namun dengan kehadiran anya pandemi COVID-19 yang berkepanjangan ide mendirikan Kampung/Desa Tangguh ini kembali digencarkan. Selain penting diketahui apa saja aspek-aspek pentingnya, potensi kontribusi yang dimainkannya juga perlu diketahui orang sehingga mendapat lebih banyak dukungan dan simpati. Apalagi program ini diprediksi akan menghadapi tantangan-tangan seiring dengan makin kompleksnya persoalan yang dihadapi masyarakat terutama karena pandemi Covid-19.
Konsep Kampung Tangguh
Sebenarnya konsep Kampung tangguh merupakan terobosan penting dan inovatif dilihat dari berbagai aspeknya. Program ini harus terus dikembangkan dan disempurnakan untuk lebih meningkatkan maksud dan tujuannya seiring dengan pemupukan semangat kolaborasi penciptaan sinergi kerjasama antar sektor masyarakat yang kini menjadi topik hangat. Untuk menanggulangi penularan Covid-19, kerjasama yang solid dari semua pihak sebagai bentuk aksi kemanusiaan amat diperlukan. Apalagi dasarnya adalah kearifan lokal yakni semangat gotong royong. “Pandemi ini (harus) memperkokoh semangat gotong-royong untuk menghadapi COVID-19. Melestarikan kearifan lokal dalam menjalani kehidupan new normal (satu cara) untuk memutus mata rantai COVID-19,” demikian cuplikan dari “Buku Laporan Tahunan 2020, Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf: Bangkit Untuk Indonesia Maju”.
Di tengah-tengah upaya mensukseskan penanggulangan Covid-19, muncul menyeruak kembali di tengah-tengah kita apa yang dinamakan sebagai Kampung Tangguh. Dari berbagai laporan, sejumlah kampung Tangguh sudah dibangun di beberapa tempat di Indonesia, termasuk di tempat yang memiliki catatan kasus COVID-19 yang tinggi. Kampung tangguh beroperasi antara lain di Kudus, Pontianak, Jakarta. Malang, Surabaya, Potianak dan seterusnya Aktivitas mereka yang tinggi antara lain tampak dari pelatihan-pelatihan yang mereka adakan untuk mencetak kader-kader kampung. Tidak sedikit pelatihan dilakukan oleh Polresta setempat.
Memang tidak sedikit pembangunan rumah tangguh dapat terlaksana berkat bantuan dan inisiatif pihak kepolisian.Usaha ini telah menambah elemen dan nuansa partsisipasi aktif aparat kepolisian kita dalam dukungannya pada penanggulangan Covid-19. Sekda Kabupaten Tangerang, Moch. Maesyal Rasyid, saat meninjau kesiapan Kampung Tangguh di Kecamatan Kelapa Dua, (3/2/2021) menyatakan bahwa kampung Tangguh bagian dari kekuatan masyarakat untuk bersama-sama melawan virus Corona. Ia merupakan program tiga pilar, Pemkab Tangerang, TNI dan Polri bersama-sama dalam penanganan COVID-19 di masyarakat.
Cikal bakal
Cikal bakal Kampung Tangguh dimulai saat terjadi tren kenaikan kasus pada awal pandemi lalu. Ia dimulai di Jawa Timur ketika sebuah gerakan penanggulangan COVID-19 lahir dan dikenal dengan nama gerakan Kampung Tangguh. Program ini awalnya diinisiasi oleh Universitas Brawijaya (UB) Malang dan bekerja sama dengan organ TNI, Polri dan elemen masyarakat .Oleh pemerintah provinsi ia kemudian dijadikan percontohan gerakan pencegahan sampai penanganan pandemi di Jawa Timur. Kampung Tangguh ini awalnya disimulasikan di Kampung Cempluk, Kabupaten Malang, Jawa Timur, atas inisitif para pemuda kampung yang kemudian didukung oleh tim dari Universitas Brawijaya (UB). Inisiator Kampung Tangguh itu kemudian bergabung dalam Malang Bergerak Lawan Corona (MBLC) yang juga didukung beberapa elemen, yakni TNI/Polri, Arema, media, dan lain-lain.
Pada uji coba itu disimulasikan Kampung Cempluk dikarantina wilayah selama tiga hari. Menghadapi kebijakan penutupan total itu, semua elemen bergerak sesuai bidangnya, sehingga kehidupan masyarakat tidak terganggu. Dari simulasi itu kemudian terkonsep adanya tujuh ketangguhan kampung, yakni tangguh sumber daya manusia, informasi, kesehatan, keamanan dan ketertiban, budaya, psikologis dan logistik. Ide Kampung Tangguh kemudian didukung oleh Polri untuk diimplementasikan di daerah-daerah lain karena menunjukkan hasil terjadinya penurunan tambahan kasus COVID-19. Kapolda Jatim kala itu Irjen Pol Muhammad Fadel Imran memiliki konsep yang sama mengenai Kampung Tangguh. Gerakan ini tak lama kemudian diikuti berbagai gerakan, seperti pasar tangguh, mal tangguh, tempat rekreasi tangguh, sampai pada pesantren tangguh dan ketangguhan yang lain.
Konsep “Kampung Tangguh” ini sebenarnya sama dengan “Kampung Sehat” yang sama-sama mendorong masyarakat untuk berinisiatif mengatasi masalah secara mandiri dalam menghadapi pandemi. Ketangguhan ini terdiri atas Pangan, Ketangguhan Kesehatan, Ketangguhan Ketertiban dan Keamanan, Ketangguhan Informasi, Psikologis serta Ketangguhan Budaya. Pendeknya, tujuan terpentingnya adalah menyiapkan strategi tangguh di berbagai bidang: kesehatan, edukasi, informasi dan sosial ekonomi dalam menghadapi pandemi agar tidak terpapar COVID-19. Penguatan pilar PPKM Mikro dipercayai harus dimulai sebagai embrio di Kampung Tangguh. Kampung Tangguh memiliki tiga komponen utama, yaitu basis teori (social movement, theory of space, social practices theory, progressive leadership theory), level gerakan (gerakan setingkat RW dengan berbagai pertimbangannya) dan pola gerakan (pola gerakan lokal berjejaring hingga nasional untuk mendukung gerakan pemerintah dalam jangka panjang).
Yang juga menarik dalam konsep Kampung Rangguh adalah konsep kemandiriannya dan kelengkapannya. Sebagai contoh, fi kampung-kampung tangguh telah difikirkan untuk menyediakan ruang isolasi, posko kesehatan, dapur umum, lumbung pangan, penyediaan APD untuk evakuasi pasien hingga kesiapan petugas pemulasaraan. Di banyak kampung Tangguh yang tersebar di beberapa tempat di Indonesia disediakan fasilitas untuk berkebun di halaman rumahnya. Penghuninya dapat menanam sayur-sayuran yang mudah dipanen, termasuk dengan cara hidroponik. Tanaman seperti pakcoy terlihat ditanam dengan subur. Misalnya Kampung Tangguh di Desa Paben Udik Indramayu. Di Jakarta pusat, komunitas petani juga menghasilkan tanaman-tanaman sayuran yang dianggap memiliki nilai ekonomi dan menanamnya secara hidroponik. Tidak hanya berkebun, upaya menjaga ketahanan pangan lain juga dilaksanakan, seperti pembangunan lumbung. Usaha ini berguna karena berguna dalam menyiapkan pangan secara mandiri. Dalam konteks pandemi Covid-19, mereka juga tidak perlu pergi ke pasar dan menyebabkan kerumunan yang berbahaya bagi transmisi Covid-19.
Kegiatan berkebun antaa lain juga menggairahkan rasa persaudaraan dan gotong royong yang merupakan semangat budaya Indonesia yang mesti dihidupkan kembali. Di kampung tangguh seperti Jakarta terdaapat keberagaman suku, agama dan bahasa. Dengan demikian mereka hubungan mereka dapat direkatkan. Manfaat ini tampaknya sudah sangat dirasakan oleh masyarakat. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat membentuk karakter baru yang patuh mengikuti protokol kesheatan. Masyarakat akan terbiasa mengikuti disiplin agar mematuhi prokol kesehatan yang tidak perlu imbauan lagi. Gerakan ini juga sudah diujikan di beberapa kampung, baik pada tipologi pedesaan, transisi, bahkan di perkotaan dengan kepadatan yang sangat tinggi. Gerakan Kampung Tangguh ternyata terbukti cukup efektif menekan laju persebaran pandemi mengingat pola pendekatan yang dilakukan dalam gerakan ini sudah cukup integratif.
Namun kehadiran Kampung/Desa Tangguh yang menonjol dan penting tak lain adalah yang berhubungan dengan covid-19. Ketika ada warga yang terinfeksi virus COVID-19., dapat ditentukan, siapa dan melakukan apa, Ini menjadi hal penting untuk mempercepat penanganan, terutama untuk mengidentifikasi warga yang terinfeksi apakah gejala ringan atau berat. Saat menjalani isolasi harus dipastikan warga tetap mudah mendapat kebutuhan sehari-hari. Tentunya dengan pengaturan dan tata cara untuk mengirimkan kebutuhan terutama pangan dan obat-obatan. Termasuk apabila ada warga yang meninggal akibat COVID-19. Di tengah pandemi saat ini penerapan protokol kesehatan COVID-19 sebisa mungkin diusahakan ada di tingkat mikro. Mulai dari sosialisasi 5M, membantu warga terdampak wabah, hingga penanganan bagi warga yang menjadi korban. Sangat tidak mungkin, sedikit-sedikit penanganan COVID-19 diserahkan kepada pemerintah, apa yang dapat diselesaikan ditingkat desa/kampung sebaiknya diterapkan.
Peran masyarakat di tengah wabah COVID-19 ini memang merupakan langkah efektif untuk memutus mata rantai penularan. Pendekatan sosial/masyarakat ini memegang peranan penting mengingat dalam menghadapi wabah seperti ini tidak bisa sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah. Kampung Tangguh, pendeknya, memegang peranan penting sebagai perpanjangan tangan pemerintah di tingkat kampung/desa.
Program Kampung Tangguh Terbaru
Wali Kota Banjar, Hj. Ade Uu Sukaesih bersama Kapolres Banjar AKBP Melda Yanny pada 3 Maret 2021 lalu meresmikan secara langsung Kampung Tangguh Wisata Lodaya di Desa Mekarharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar. Kampung Tangguh Lodaya merupakan program dari Kepolisian Republik Indonesia untuk menangani Covid-19 dan ini diharapkan mampu memiliki kemandirian di segala sektor ekonomi pertanian dan pariwisata, dengan menitikberatkan pada sektor pariwisata sebagai sektor utama. Wali Kota Banjar menyampaikan bahwa setiap wilayah di Kota Banjar harus tangguh dalam menghadapi pandemi Covid-19, untuk itu program ini dilaksanakan di seluruh desa/kelurahan di Kota Banjar sehingga diharapkan seluruh masyarakat di Kota Banjar bisa berinovasi di bidang ekonomi salah satunya dalam bidang pariwisata.
Penguatan RT/RW tangguh melalui PPKM Mikro telah diterapkan oleh Walikota Malang Sutiaji dengan mengikutsertakan jajaran Forkopimda untuk berkolaboratif membangun sinergitas membantu masyarakat menghadapi pandemi. Menurutnya, penguatan yang dilakukan di tingkat RT/RW merupakan yang terpenting dalam menghadapi pandemi Covid-19. Ia mengharapkan usahanya dapat menjadi contoh yang bisa diikuti oleh daerah-daerah lain di Indonesia. Penguatan konsep kampung tangguh di kota malang ini telah mendapat apreaisasi dari Kabaharkam Polri, Komjen Pol Arief Sulistyanto beserta jajarannya yang brekunjung baru-baru ini (27/7/21).
Untuk menindaklanjuti instruk Kapolri, Polres Ketapang Polda Kalbar baru-baru ini juga membentuk kampung Tangguh bebas Narkoba di desa Mekarsari. Tujuan pendirian kampung ini untuk menekan peredaran narkoba di desa Kendawangan Kiri kabupaten Ketapang. (27/7) Kapolres Ketapang AKBP Wuryantono, S.I.K., M.H., melalui Kasat Narkoba IPTU Anggiat Sihombing, S.H., mengatakan: “Tentunya pembentukan kampung tangguh ini membutuhkan peran serta semua pihak, terutama generasi muda sebagai leading sector utama tujuan pembentukan kampong tangguh narkoba ini, karena menurut data, yang telah banyak yang terkontaminasi dengan penyalahgunaan narkoba ini adalah generasi muda,” tutur Anggiat.
Tantangan Ke Depan
Adalah menggembirakan bahwa kampung atau desa Tangguh banyak bermunculan di tengah pandemi saat ini. Diharapkan mereka memiliki keberlanjutan dan manfaatnya akan makin dirasakan oleh masyarakat. Dengan hadirnya Kampung/Desa Tangguh diharapkan kemandirian apabila terjadi bencana/wabah bisa menjadi tradisi yang menguat di Indonesia. Meski tidak semua kampung bisa mandiri karena sangat bergantung kepada sumber daya yang tersedia, termasuk tingkat pendidikan warga yang menghuni di dalamnya. Mengarahkan masyarakat yang di dalamnya masih dalam satu komunitas yang homogen akan mudah namun bisa lebih kompleks bila tidak. Masih perlu dikaji dan meripakan tantangan apabila suatu kampung tangguh yang dibanguna masyarakatnya lebih heterogen. Selain itu perlu juga untuk memikirkan pertanyaan sentral seberapa bisa tangguh kampung tangguh dan untuk berapa lama?
Mampukah di tingkat mikro kepentingan-kepentingan warga yang beragam ini dibatasi. Sebenarnya kebijakan Kampung Tangguh ini bisa lebih mumpuni apabila personel yang ditempatkan di Kampung Tangguh memiliki kewenangan yang dapat mewakili kewenangan di atasnya. Penerapan kampung tangguh semoga bisa menjadi benteng terakhir mencegah wabah COVID-19 masuk ke lingkungan termasuk lingkungan keluarga. Edukasi menjadi cara yang paling ampuh untuk menghadapi virus ini mengingat masih adanya masyarakat yang belum sadar hadirnya virus yang mematikan ini. Akhirnya, peran posko-posko di suatu Kampung Tangguh juga penting dikembangkan. Artinya memaksimalkan fungsi posko-posko juga penting untuk dikembangkan lebih lanjut guna menekan penyebaran wabah covid-19 terutama di tingkat bawah. Selain berfungsi mengkoordinasikan, memantau, mengevaluasi dan mengendalikan penyebaran virus, posko juga akan menjadi pusat pembagian masker kepada masyarakat maupun bantuan lainnya.
Akhirnya, perlu ditekankan perlunya jajaran kepolisian menggandeng Pemda, tokoh agama, tokoh masyarakat dan stokholder terkait bagi pembentukan-pembentukan kampung tangguh selanjutnya di masa depan. Gerakan ini akan sangat membantu masyarakat pada level lokal agar mereka mampu mengorganisasi seluruh sumber daya yang mereka miliki menjadi lebih efektif, sehingga gerakan ini bisa menjadi alternatif menjembatani atas kerumitan problem koordinasi di setiap keadaan bencana, seperti pandemi saat ini. Pembentukan kampung tangguh harus didukung bisa sampai tingkat RT/RW. Dan bisa diperluas lagi agar bisa makin memberikan kontribusinya. Diharapkan upaya untuk memberi tempat bagi penyuluhan serta edukasi kepada generasi muda ke depannya agar memiliki mental tangguh dan disiplin bisa dibentuk. (Isk – dari berbagai sumber).